Senin, 29 Oktober 2012

Kimia Anorganik~Pembuatan Larutan

Judul Percobaan : Pembuatan Laporan

bab 1
Pendahuluan
A. Tujuan Percobaan
-          Mempelajari cara pembuatan larutan H2C2O4.2H2O dengan konsentrasi tertentu
-          Menghitung berat H2C2O4.2H2O yang harus ditimbang dalam percobaan
-          Menghitung konsentrasi H2C2O4.2H2O yang sebenarnya
-          Menggunakan peralatan dengan benar

B.Landasan Teori

Banyak bahan kimia yang digunakan untuk praktikum berbentuk larutan. Untuk membuat larutan pada umumnya digunakan pelarut air. Ada beberapa larutan yang menggunakan pelarut lain.
Sebenarnya larutan terjadi jika atom, molekul, atau ion dari suatu zat semuanya terdispersi (larut). Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (solute) dan pelarut (solven). Untuk larutan gula dalam air, gula merupakan zat terlarut dan pelarutnya adalah air. Untuk larutan alcohol dalam air, tergantung dari banyaknya zat yang paling dominant. Karena itu dapat dikatakan larutan air dalam alkohol atau larutan alkohol dalam air.
Larutan hendaknya dibuat secukupnya saja, misalkan untuk keperluan satu semester. Tetapi harus diingat bahwa ada larutan yang tidak tahan disimpan lama, misal larutan kanji, larutan kalium heksasianoferat (III) dan lain-lain. Larutan-larutan semacam ini hendaknya dibuat seandainya akan digunakan. Jenis serta banyaknya larutan yang dibuat bergantung pada jumlah percobaan yang akan dilakukan serta jumlah praktikan yang akan melakukan percobaan itu.

Pengetahuan mengenai cara pembuatan larutan sangat penting karena sebagian besar reaksi kimia terjadi melalui bentuk cairan atau larutan, terutama dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Larutan sendiri merupakan suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut homogen jika zat-zat yang ada dalam sisitem tersebut fasenya sama dan susunannya seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian atau fasenya terpisah.
Semua gas pada umumnya dapat bercampur dengan sesamanya (misibel). Karena itu semua campuran gas adalah larutan. Meskipun demikian campuran fase gas jarak pisah antaranya molekul relative jauh, sehingga tidak dapat saling tarik-menarik secara efektif. Larutan dapat berfase padat, dalam larutan pada pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan tertentu dimana atom terlarut mengerahkan beberapa atom pelarut dalam larutan padat lain. Atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi pelarut. Pembentukan larutan padat ini terjadi apabila atom terlarut cukup kecil utnuk memasuki lubang-lubang dan diantara atom pelarut.
Pada umumnya larutan berfase cair, salah satu komponen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut (solven) komponen lain yang dapat berbentuk padat, cair, ataupun gas, dianggap sebagai zat kedalam komponen pertama, zat terlarut itu disebut solute.



Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih sederhana oleh reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat pembangun untuk semua zat-zat kompleks yang akan dijumpai. Senyawa merupakan zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk masing-masing senyawa individu selalu ada dalam proporsi massa yang sama. Unsur dan senyawa yang dianggap sebagai zat murni karena komposisinya selalu tetap. Sebaliknya, campuran komposisinya dapat berubah-ubah
Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara zat murni. Satu tipe campuran yang paling sering dijumpai adalah larutan. Lautan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap sejumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solven adalah medium dalam mana solven terlarut.
Di alam, umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat. Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah zat pelarut dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar.

Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus
memenuhi syarat, antara lain :
·        Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti.
·        Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
·        Zat yang digunakan mudah di keringkan.
·        Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan
kadar larutan yang tidak diketahui.


Larutan dapat dibuat dari zat asalnya yaitu :
  1. Padatan
Jumlah zat terlarut (solut) yang dibutuhksn =  M x V x BM
M= molaritas larutan, mol/liter
V= volume larutan, liter
BM= berat molekul zat, gr/mol

  1. Cairan
Jika larutan yang dibuat dari zat asalnya cairan,umumnya senyawa asam, basa,organic,maka volume zat yang dibutuhkan ditentukan dari persamaan:
            V1 . M1  =   V2 . M2   atau   V1 . N1 =  V2 . N2
Di mana :
V1 = volume awal
M1 = molaritas awal
N1 = normalitas awal
V2  = volume akhir
M2 = molaritas akhir
N2 = normalitas akhir

Molaritas awal didapat dari:
Untuk % v/v :
M    =  %x ρ x 1000
                  BM
Untuk %w/v :
M    = % x 1000
               BM
 
Faktor utama yang berpengaruh dalam kemampuan terjadi larutan adalah kemampuan atau gaya tarik-menarik antara partikel larutan dan pelarut yang menghasilkan bentuk partikel terlarut. Interaksi molekul-molekul pelarut dengan partikel zat terlarut dalam bentuk gugusan disebut solvasi. Jika pembentukan larutan dapat disebut sebagai proses hipotorus tahap pertama. Jarak antar molekul meningkat mejadi jarak rata-rata yang tampil pada larutan. Tahap ini memerlukan banyak energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Pada tahap ini disertai dengan peningkatan entalpi dengan reaksi endoterm (penyerapan panas).
Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan. Dengan demikian, setiap sistem konsentrasi harus menyatakan hal-hal sebgai berikut :
a. Satuan yang digunakan untuk zat terlaruit
b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan
c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi.
Dalam perhitungan muncul masalah konsentrasi-konsentrasi yang menyatakan banyak solute dalam sejumlah larutan, misalnya : dua gelas air minum dan terisi air gula sama banyak (sama volume) tapi yang satu berisi gul;a yang lebih banyak, maka pada gela pertama tadi memiliki konsentrasi yang lebih besar dari gelas kedua. Larutan ini disebut encer bila konsentrasinya kecil.
Pengertian encer dan pekat relative dan sukar dinyatakan kapan suatu larutan masih pekat, kapan sudah dapat dikatakan/disebut encer.
Untuk perhitungan kimia, masalah konsentrasi harus lebih eksak/ilmiah pengertiannya. Ada 2 cara menghitung konsentrasi, yaitu :
a. Konsentyrasi sebagai perbandingan banyaknya solute terhadap banyaknya pelarut.
b. Konsentyrasi sebagai perbandingan banyaknya solute terhadap banyaknya larutan.
Jadi banyaknya solute = n dan banyaknya pelarut = m
Disamping itu
-          Banyaknya solute dinyatakan dalam :
Gram, mol, ekuivalen dan ml
-          Banyaknya pelarut dinyatakan dalam :
Gram, kg, mol, l, ml
-          Banyaknya terlarut dinyatakan dalam :
Gram, kg, L, ml
Berikut macam-macam cara menyatakan konsentrasi :
1.   Fraksi mol
Fraksi mol ialah beberapa bagian jumlah mol zat dari keseluruhan jumlah mol semua komponen yang ada dalam larutan. Fraksi mol terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Fraksi mol zat terlarut (Xt) yang merupakan bagian pecahan dari jumlah total mol yang bersangkutan dengan zat terlarut.
b. fraksi mol pelarut (Xp) yang merupakan bagian pecahan dari jumlah total mol yang bersangkutan dengan pelarut
Fraksi mol bisa dinyatakan sebagai pecahan, tetapi ada kalanya juga sebagai persentase.
Jika komponen larutan lebih dari 2 maka :
2.   Molaritas (M)
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut per liter larutan
dengan gr adalah gram zat terlarut sedangkan BM adalah berat molekul zat terlarut
maka :
Rumus diatas digunakan untuk bahan padat, sedangkan untuk bahan cair :
3.   Molalitas (m)
Molalitas adalah beberapa mol solute terdapat dalam 1000 gr pelarut.
Pernyataan konsentrasi ini lain dengan satuan terdahulu karena banyaknya solute disini tidak diperbandingkan dengan larutannya tetapi dengan banyaknya pelarut.
4.   Normalitas(N)
Normalitas adalah banyaknya ekuivalen zat terlarut perliter larutan .
dan
Ket      g = gram zat terlarut
Be = bobot ekuivalen
5. Persen berat/persen massa
Sistem ini memberi beberapa gram zat terlarut per 100 gram larutan secara matematis dinyatakan sebagai
Ket      P = persen massa
W = banyknya zat terlarut
W0 = banyaknya zat pelarut
6.   Persen Volume
Perbandingan volume zat pembentuk campuran dengan volume seluruhnya
7.   PPM
Sistem ini memberi beberapa bagian suatu komponen dalam 1 juta bagian campuran. Ini dapat dinyatakan dengan satuan-satuan berat
Ket      W = Banyak zat terlarut
W0 = banyak zat pelarut

Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan padat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Ada hal penting untuk pengamanan yang perlu diperhatikan jika suatu larutan/ senyawa pekat diencerkan. Kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Misalnya H2SO4 pekat. Agar panas itu hilang dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan kedalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika suatu larutan senyawa kimia asam sulfat pekat dilarutkan ke air, panas yang dilepaskan sedemkian besar dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Pelarut harus ditambahkan sedikit demi sedikit sampai volume larutan mencapai tanda gris yang mengelilingi leher labu takar.
Banyaknya zat larutan diperdagangkan sebagai larutan pekat tetapi digunakan sebagai larutan encer, misalnya cuka, sering dijual dalam konsentrasi 29%, pestisida, dan lain-lain.
Pada larutan yang emngukur konsentrasi berdasar volume larutan, bahan pelarut berlaku
V x C = konstan
Untuk konsentrasi dalam mol
V x m = konstan
V1 x m1 = V2 x m2

Ada 2 jenis analisis penelitian zat : analisis penelitian secara kualitatif yaitu secara atau suatu metode yang digunakan untuk mempelajari komposisi kimia. Dan analisis kuantitatif yaitu suatu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah zat yang ada dalam suatu sampel.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan :
1.      Molaritas
2.      Molalitas
3.      Normalitas
4.      Fraksi mol
-    Molaritas menyatakan banyaknya mol terlarut dalam setiap 1 liter larutan
-    Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam setiap 1000 gram pelarut
-    Normalitas menyatakan jumlah gram ekuivalen yang terdapat dalam setiap liter larutan.
-    Fraksi mol menyatakan perbandingan banyaknya mol dari zat tersebut terhadap jumlah mol seluruh komponen zat larutan.
-    Faktor yang mempengaruhi kelarutan :
o   Sifat kepolaran
o   Perbedaan massa jenis
o   Perbedaan titik didih

BAB II


Alat dan Bahan
1 Alat
1.      Neraca analitik
2.      Labu takar 100ml
3.      Pipet tetes
4.      Pipet ukur
5.      Batang pengaduk
6.      Gelas kimia 100ml
7.      Corong kaca
8.      Bila Karet
9.      Spatula
10.    Kaca Arloji


2 Bahan
1.    H2C2O4.2H2O (Asam Oksalat Dihidrat)
2.    Aquades

BAB III
Prosedur Kerja
a. Untuk zat asal padatan (pelarutan)
      1.  Menghitung jumlah zat yang diperlukan
      2.  Menimbang zat tersebut dengan menggunakan kaca arloji
      3.  Memasukkan zat ke dalam gelas kimia, menyemprot dan membilas zat yang
           tertinggal dengan air demineral
  1. Mengaduk hingga semua zat terlarut ke dalam air
  2. Memindahkan larutan ke dalam labu ukur yang sudah dipasang corong
  3. Membilas zat yang tertinggal dengan air demineral
  4. Menambahkan air dengan hati-hati sampai tanda batas
  5. Menutup labu ukur dan mengocok sambil membolak-balik sampai homogen
  6. Memindahkan ke dalam botol zat, memberi label identitas zat(nama zat/rumus kimia, konsentrasi, tanggal)

    b. Untuk zat asal cairan (pengenceran)
       1. Menghitung molaritas zat asal berdasarkan keterangan pada botol zat
       2. Menghitung volume zat yang dibutuhkan berdasarkan rumus pengenceran
       3. Mengisi air demineral 1/3 bagian ke dalam labu ukur yang akan digunakan   
           sesuai dengan volumenya.
       4. Mengambil zat tersebut dengan menggunakan pipet ukur
       5. Memasukkan ke dalam labu ukur melalui dindingnya
       6. Menutup dan mengocok sambil membolak-balik sampai homogen
       7. Memasukkan ke dalam botol zat, memberi label
 
BAB IV
Data Pengamatan

(cari sendiri sesuai yg sudah di praktikumkan)

BAB V
Pengolahan Data
(cari sendiri)

Perhitungan Data
(cari sendiri)

BAB VI
Kesimpulan
 Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan dikenal sebagai standarisasi.
 
Saran
 Sebelum masuk Lab kordinator bahan harus siapkan bahan yang akan dipakai sebelum praktikum dimulai.
 
Daftar Pustaka

Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia: Jakarta.
Dirjen POM.Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 1979.
http/kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700009/index.html.diakses tanggal 11 November 2011.
Isfar Anshary. Kimia I. Penerbit : Srikandi. Surakatra.2002.
Benny karyadi. Kimia. Jakarta.2000
Ralp.H.Putrucci. Kimia dasar, Jilid 2
E. G. Jereme. L. Rossenberg. Kimia Dasar
Tim Asisten. Penuntun Kimia Dasar. STIFA Kebangsaan. Makassar. 2011


 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar